KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan penulisan Laporan Penelitian dengan judul “PENGARUH SALINITAS AIR TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)”. Laporan Penelitian ini disusun untuk dijadikan sebagai Tugas Akhir atau salah satu syarat menyelesaikan studi alih jenjang D4 UNPAD joint program Vedca Cianjur.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada :

  1. Bapak Rektor dan Dekan serta segenap staf Universitas Padjajaran.
  2. Ibu Dr. Rita Rostika, Ir.MP. selaku dosen pembimbing I penelitian pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran.
  3. Ibu Intan Rahima Sari, S.St.Pi, M.Si. selaku dosen pembimbing II pada politeknik Vedca Cianjur.
  4. Bapak Ujang Subhan, S.Pi. M.Si. selaku dosen penelaah pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran
  5. Bapak Karyawan Perangin Angin, S.St, M.Si selaku Kepala Departemen Agribisnis Perikanan di Vedca PPPPTK Pertanian Cianjur.
  6. Bapak Kepala dan segenap staf jajaran SEAMOLEC selaku penyelenggara Beasiswa.
  7. Kedua orang tua yang telah memberikan dorongan baik secara moral maupun material
  8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

 

 

Penyusun menyadari bahwa penulisan Laporan Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, maka segala kritik dan saran penulis harapkan untuk kesaempurnaan Laporan ini. Penulis juga berharap semoga Laporanini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan. kurang lebihnya mohon maaf dan penulis ucapkan terima kasih.

 

 

Jatinangor, 13 Mei 2012

Penyusun

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

Bab       Judul                                                                                         Halaman

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….        i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………        ii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………..      iii

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………..       iv

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………..        1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………        1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………….          2

1.3 Tujuan…………………………………………………………………………….        2

1.4 Kegunaan Penelitian……………………………………………………………………………………          2

1.5 Kerangka Pemikiran …………………………………………………………………………………..          3

1.6 Hipotesis ……………………………………………………………………………………………………..          3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….        4

2.1 Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomun)………………..        4

2.2 Salinitas dan Osmoregulasi………………………………………………..        6

2.3 Kualitas Air……………………………………………………………………..        8

2.3.1 Parameter Fisika…………………………………………………………….        9

2.3.2 Parameter Kimia……………………………………………………………        9

2.3.2.1 Nilai pH…………………………………………………………………………………………………          9

2.3.2.2 Oksigen Terlarut (Disolved Oxygen)……………………………..        10

2.3.2.3 Amonia (NH3)…………………………………………………………….        11

2.3.2.4 Nitrit (NO2)………………………………………………………………..        12

2.4 Kelangsungan Hidup……………………………………………………..        12

2.5 Pertumbuhan…………………………………………………………………        13

BAB III. BAHAN DAN METODE………………………………………………        14

3.1 Waktu dan Tempat……………………………………………………………        14

3.2 Persiapan Alat dan Bahan Penelitian…………………………………..        14

3.2.1 Alat Penelitian……………………………………………………………….        14

3.2.2 Bahan Penelitian…………………………………………………………….        14

3.3 Metode penelitian dan Pelaksanaan Penelitian……………………..        15

3.3.1 Persiapan Wadah dan Pembuatan Media Bersalinitas…………        15

3.3.2 Rancangan Percobaan…………………………………………………….        16

3.3.3 Penebaran Benih…………………………………………………………….        17

3.3.4 Pemberian Pakan……………………………………………………………        17

3.3.5 Pergantian Air dan Pengontrolan Kualitas Air……………………        18

3.4 Pengamatan Parameter Biologi Ikan……………………………………        18

3.4.1 Kelangsungan Hidup………………………………………………………        18

3.4.2 Laju Pertumbuhan Harian……………………………………………….        19

3.4.3 Pertumbuhan Panjang Mutlak………………………………………….        19

3.5 Pengamatan Parameter Fisika dan Kimia Air………………………..        20

3.6 Analisis Data……………………………………………………………………        20

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………………………….          21

4.1 Hasil……………………………………………………………………………….        21

4.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup………………………………………….        21

4.1.2 Laju Pertumbuhan Harian ………………………………………………        22

4.1.3 Pertumbuhan Panjang Mutlak …………………………………………        23

4.1.3 Fisika Kimia Air…………………………………………………………….        25

4.2 Pembahasan……………………………………………………………………..        25

BAB V. KESIMPULAN ……………………………………………………………..        29

5.1 Kesimpulan………………………………………………………………………        29

5.2 Saran……………………………………………………………………………….        29

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..        30

DAFTARGAMBAR

 

No.     Judul                                                                                             Halaman

1 Pemberian Pakan……………..…………….…………………………………………..  32

2 Alat Pengukur pH ……………………………………….…………..………  32

3 Pengenceran Air ………………………………………….………….……… 32

4 Pengontrolan Salinitas Air …………………………………….……..……… 32

5 Pengukuran DO Air ………………………………………….………………. 32

6 Timbangan Digital Basah ……………………………………….…………… 32

7 Timbangan Digital Kering ……………………………………….……..…… 32

8 Alat Pengukur Amoniak …………………………………………….……… 32

DAFTAR LAMPIRAN

 

No.             Judul                                                                                      Halaman

1 Konstruksi Penempatan Aquarium………………………………………….        33

2 Tabel Data Sintasan………………………………………………………………..        34

3 Tabel Data Laju Pertumbuhan…………………………………………………        38

4 Tabel Data Panjang Mutlak…………………………………………………….        41

5 Tabel Data Kualitas Air ………………………………………………………….        45

 

BAB I
PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

Kegiatan budidaya ikan bawal air tawar Colossoma macropomum di Indonesia belum banyak dilakukan. Ikan bawal air tawar memiliki beberapa kelebihan diantaranya pertumbuhannya yang cepat, dapat dijadikan ikan hias maupun ikan konsumsi sesuai dengan ukurannya, kelangsungan hidup yang tinggi, cara pemeliharaan yang tidak rumit, dapat dipelihara dengan kepadatan tinggi dan juga merupakan produk ekspor yang penting (Arie, 2005). Negara­ yang sudah biasa menampung ikan bawal air tawar dari Indonesia di antaranya Hongkong dan Amerika Serikat (Arie, 2005). Sebagian besar ikan bawal air tawar yang dikirim berukuran benih dan digunakan sebagai ikan hias di akuarium. Didalam negeri sendiri, ikan bawal air tawar sudah mulai digemari oleh masyarakat terutama di PropinsiDKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Ikan bawal air tawar biasanya dipelihara di kolam – kolam air tawar yang kemungkinan memiliki tekanan osmotik yang berbeda dangan tekanan osmotik darahnya sehingga menyebabkan kelangsungan hidup dan pertumbuhannya kurang maksimal. Untuk itu dilakukan suatu penelitian mengenai ikan bawal air tawar yang dipelihara dengan salinitas yang berbeda, sehingga diperoleh informasi mengenai salinitas media yang optimum untuk usaha budidaya ikan bawal air tawar yang diharapkan mampu meningkatkan kelangsungan hidup. Karena jika tekanan osmotik sama antara lingkungan dan tubuh ikan bawal air tawar maka selanjutnya energi akan lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan dibandingkan berosmoregulasi sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan.

Dewasa ini banyak tambak yang tidak digunakan akibat tingginya biaya produksi untuk komoditas ikan air tawar maupun ikan air payau. Menyikapi permasalahan di atas, tambak tersebut dapat diberdayakan dengan cara memanfaatkannya untuk usaha budidaya ikan bawal air tawar dengan biaya produksi yang lebih rendah.

 

 


Belakangan ini para nelayan penangkapan ikan di daerah Juwana Kabupaten Pati kesulitan mendapatkan ikan bawal air laut sehingga pendapatan masyarakat perikanan khususnya masyarakat penangkapan ikan semakin menurun. Selain itu tambak di daerah Juwana Kabupaten Pati yang semula digunakan sebagai wadah budidaya ikan bandeng dan ikan lainnya yang hidup di air payau, kini tidak berfungsi kembali dikarenakan semakin tingginya harga benih ikan bandeng dan ikan lainnya yang hidup pada air payau. salah satu cara untuk menanggulangi masalah tersebut adalah perlunya mencoba terobosan baru yaitu memelihara ikan bawal pada air yang bersalinitas. Hal tersebut dikarenakan dilihat dari segi ekonomis benih ikan bawal air tawar memiliki harga yang murah dibandingkan benih ikan bandeng maupun benih ikan lainnya. Dari segi geografis daerah Pati tidak memiliki air tawar yang cukup memadai sehingga pemeliharaan ikan bawal dapat dilakukan menggunakan media air yang bersalinitas.

Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian tentang kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan bawal air tawar yang dipelihara dengan salinitas berbeda.

 

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diidentifikasi permasalahan sampai sejauh mana penggunaan air bersalinitas dapat memberikan pengaruh terbaik terhadap sintasan dan pertumbuhan benih ikan bawal air tawar.

 

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan bawal air tawar yang dipelihara pada salinitas yang berbeda yaitu 0 ppt, 2 ppt, 4 ppt, 6 ppt, dan 8 ppt.

 

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian yang sudah dilaksanakan diharapkan mendapatkan hasil yang dapat memberikan informasi tingkat penggunaan air bersalinitas yang baik untuk

 

pemeliharaan benih ikan bawal air tawar sehingga dapat dijadikan bahan acuan atau perbandingan untuk melakukan usaha budidaya ikan bagi nelayan penangkapan ikan Taut dan petani budidaya perikanan, baik di daerah Juwana Kota Pati maupun di daerah lain yang memiliki peluang uasaha budidaya perikanan.

 

1.5 Kerangka Pemikiran

Seperti ikan lainnya, ikan bawal air tawar pun membutuhkan lingkungan yang baik dan sesuai untuk hidupnya yang selanjutnya akan mempengaruhi keberhasilan dari pembenihan yang merupakan titik awal suatu usaha budidaya ikan. Keberhasilan kegiatan pembenihan sangat ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal di antaranya kualitas telur dan induk dan genetik ikan bawal air tawar itu sendiri, sedangkan faktor ekstenal di antaranya faktor lingkungan perairan. Air merupakan media yang sangat panting bagi kegiatan budidaya ikan. Kualitas air yang baik akan mendukung produksi benih yang baik. Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan ikan di antaranya adalah suhu, salinitas, oksigen terlarut, ammonia, nitrit, nitrat, alkalinitas dan kesadahan (Watherley, 1972 dalam Damayanti, 2003).

Menurut Kumllu et al. (2000), salinitas dan temperatur adalah 2 faktor abiotik penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup organisme akuatik. Salinitas merupakan salah satu parameter kualitas air yang diharapkan dapat meningkatkan kelayakan media. Budidaya bagi benih ikan bawal air tawar karena berpengaruh secara langsung pada kelangsungan hidup, konsumsi pakan, pertumbuhan dan metabolisme tubuh terutama proses osmoregulasi. Berdasarkan perumusan masalah tersebut dan hasil penelitian Damayanti, (2003) dengan ikan yang berbeda yaitu benih ikan gurame dengan sintasan dan pertumbuhan yang optimum pada salinitas 8 ppt.

 

1.6 Hipotesis

Benih ikan bawal air tawar yang dipelihara pada air bersalinitas memiliki pertumbuhan yang baik dan sintasan yang tinggi pada tingkat salinitas 8 ppt.

 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1 Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)

Ikan air tawar adalah ikan yang menghabiskan sebagian atau seluruh hidupnya di air tawar, seperti sungai dan danau, dengan salinitas kurang dari 0, 05 %. Dalam banyak hal, lingkungan air tawar berbeda dengan lingkungan perairan laut, dan yang paling membedakan adalah tingkat salinitasnya. Untuk bertahan di air tawar, ikan membutuhkan adaptasi fisiologis yang bertujuan menjaga keseimbangan konsentrasi ion dalam tubuh. 41 % dan seluruh spesies ikan diketahui berada di air tawar. Hal ini karena spesiasi yang cepat menjadikan habitat yang terpencar menjadi mngkin untuk ditinggali.

Ikan air tawar berbeda secara fisiologis dengan ikan laut dalam beberapa aspek. Insang mereka harus mampu mendifusikan air sekaligus menjaga kadar garam dalam cairan tubuh secara simultan. Adaptasi pada bagian sisik ikan juga memainkan peran penting, ikan air tawar yang banyak kehilangan sisik akan mendapatkan kelebihan air yang berdifusi ke dalam kulit, dan dapat menyebabkan kematian pada ikan. Karakteristik lainnya terkait ikan air tawar adalah ginjalnya yang berkembang dengan baik. Ginjal air tawar berukuran besar karena banyak air yang melewatinya.

Ikan bawal air tawar termasuk salah satu komoditi bare di bidang perikanan yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Ikan bawal air tawar yang memiliki (Colossoma macropomum) bukanlah ikan asli Indonesia, tetapi didatangkan dari Negara Brazil, Amerika Selatan beberapa tahun yang lalu. Untuk membedakannya dengan ikan bawal yang terdapat di air laut, ikan bawal air tawar asal Brazil ini disebut dengan ikan bawal air tawar karena memang seluruh siklus hidpnya berada di air tawar. Pertama kali masuk ke Indonesia ikan bawal ini dijadikan ikan hias untuk dipelihara di aquarium dan kolam taman, namun karena laju pertumbuhannya sangat cepat dan dapat mencapai ukuran besar, bawal air tawar yang sudah dewasa menjadi kurang pantas dipajang. Karena itu, didukung rasa dagingnya yang enak dan gurih, ikan bawal air tawarkemudian menjadi sangat popular sebagai ikan konsumsi.

Berikut ini adalah klasifikasi bawal air tawar menurut Arie,(2005):

Filum         : Chordata

Subfilurn   : Craniata

Kelas          : Pisces

Subkelas    : Neopterigii

Ordo        : Cypriniformes

Subordo    : Cyprinoides

Famili        : Characidae

Genus        : Colossoma

Spesies      : Colossoma macropomum

Ikan bawal air tawar memiliki tubuh dari arah samping tampak membulat (oval) dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 2 : 1. Bila dipotong secara vertikal, bawal memiliki bentuk tubuh pipih (compressed) dengan perbandingan antara tinggi dan lebar tubuh 4 : 1. Sisik ikan bawal air tawar berbentuk otenoid, dimana setengah bagian sisik belakang menutupi sisik bagian depan. Warna tubuh bagian atas abu-abu gelap, sedangkan bagian bawah berwarna putih. Tubuh­bagian vertikal dan sekitar sirip dada ikan bawal air tawar muda berwarna merah. Warna merah ini akan memudar seiring dengan pertambahan umur dan perkembangan fisik. Warna merah ini merupakan ciri khusus ikan bawal air tawar sehingga oleh orang Inggris dan Amerika disebut red Bally pacu (Arie, 2005).

Ikan bawal air tawar memiiiki 2 buah sirip punggung yang letaknya agak bergeser kebelakang. Sirip perut dan sirip dubur terpisah, sedangkan sirip ekor berbentuk homocercal. Ikan bawal air tawar memiliki bibir bawah menonjol dan memiliki gigi-gigi besar serta tajam untuk memecah pakan yang akan ditelan. Lambung ikan bawal air tawar berkembang baik dan memiliki 43 – 75 buah cecapylotica. Panjang usus berkisar 2 – 2,5 kali panjang badan (Arie, 2005).

Ikan bawal air tawar memiliki insang yang permukaan pemafasannya lebih luas daripada jenis ikan lain. Permukaan pernafasan yang luas ini memungki ikan ikan bawal air tawar mampu bertahan hidup pada perairan yang memiliki kandungan oksigen rendah.

 

Kelangsungan hidup ikan sangat dipengaruhi oleh kualitas airnya. Kualitas air yang baik dapat menjadikan ikan hidup dengan baik tumbuh dengan cepat. Oleh karena itu kualitas air untuk ikan bawai air tawar harus sesuai dengan yang dibutuhkan Tabel 1 menunjukkan kualitas air yang baik untuk ikan bawal air tawar.

        Tabel 1. Parameter Kualitas Air untuk Ikan Bawal Air Tawar

Parameter

Nilai

Suhu

25 – 30° C

Wama

Hijau kecoklatan

Kekeruhan

20 – 40 cm oleh planton

Oksigen

Minimal 4 mg / L

Karbondioksida

Maksimal 25 mg / L

pH

7 – 8

Amonia

Maksimal 0,1 mg /L

Alkalinitas

50 – 300 mg /L

 

Sumber : Aries, 2005

 

 

2.2 Salinitas Dan Osmoregulasi

Salinitas adalah konsentrasi semua ion-ion terlarut dalam air dan dinyatakan dalam gram/liter atau bagian per – seribu atau per – mil (Boyd, 1979).Sedangkan menurut Sverdrup et al. dalam Stickney (1979) salinitas didefinisikan sebagai jumlah total bahan padatan terlarut dalam gram yang_terkandung dalam 1 kg air laut bila semua karbonat dan bahan organik  konversi menjadi oksida, bromin dan iodin telah diganti dengan klorin. Terminologi yang mirip dengan salinitas adalah klorinitasi, yang hanya mencakup klorida serta memiliki nilai lebih kecil dan salinitas (Effendi, 2003).

Menurut APHA (1976) dalam Effendi (2003), hubungan antara salinitas dan klorinitas dinyatakan dengan persamaan berikut :

 

         Salinitas = 0,03 + (1,8 x klorinitas)

 

 

 

 

 

Lingkungan perairan dapat diklasifikasikan berdasarkan kisaran salinitas. Menurut Hedgpeth dalam Stickney (1979) klasifikasi lingkungan perairan adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Klasifikasi lingkungan perairan berdasarkan kisaran salinitas

Lingkungan

Salinitas (g/kg)

Air tawar

< 0,5

Oligohalin

0,5 – 3,0

Mesohalin

3,0 – 16,5

Polyhalin

16,5 – 30,0

Laut

> 30,0

Brine(hipersalin)

> 40,0

 

Pengaruh salinitas terhadap organisme akuatik dapat terjadi secara :

  1. Langsung

– efek osmotik terhadap osmoregulasi – kemampuan digesti

– absorpsi nutrien pakan

  1. Tidak langsung

– perubahan kualitas air

Menurut Holiday (1069) salinitas mempengaruhi kondisi internal hewan air. Tekanan osmotik dan konsumsi ion cairan tubuh merupakan salah satu aspek fisiologis ikan yang dipengaruhi salinitas. Kelangsungan hidup dan metabolisme ikan akibat perubahan salinitas bergantung kepada :

  1. Kemampuan cairan tubuh yang bekerja sedikit mungkin
  2. Mengembalikan tekanan osmotik kembali normal.

Selain itu pada kondisi tartentu, kadar garam jugs berfungsi mematikan bakteri air tawar, parasit dan jamur ikan tertentu.

 

Menurut Rahardjo (1980) dalam Damayanti (2003), osmoregulasi adalah pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi kehidupan ikan sehingga proses-proses fisiologis tubuhnya berjalan normal. Sedangkan menurut Stickney (1979), osmoregulasi merupakan suatu fungsi fisiologis yang membutuhkan energi. Osmoregulasi dapat dilakukan melalui ingestion, ekskresi maupun pembentukan senyawa tertentu.

Vertebrata mengurangi buangan metabolik melalui usus dan kulit, tapi banyak yang membuangnya melalui organ ekskresi lain yaitu ginjal (Lagler et al, 1977 dalam Damayanti, 2003). Ikan – ikan yang hidup di air tawar mempunyai cairan tubuh yang hiperosmotik terhadap lingkungannya, akibatnya the cenderung masuk ke tubuhnya secara osmosis melalui permukaan tubuh yang semi permeable dan hilangnya garam-garam tubuh. Hal ini menyebabkan mengencernya cairan tubuh, sehingga cairan tubuh tidak dapat menyokong proses-proses fisiologis secara normal. Kelebihan air tersebut diatasi dengan cam memompanya keluar oleh ginjal sebagai air seni dan untuk menahan garam-garam tubuh yang hilang seminimum mungkin maka dilakukan penyerapan kembali pada tubuh distalis ginjal. Kehilangan garam-garam ini diimbangi oleh garam­garam yang tedapat. pada pakan dan penyerapan aktif garam dan media melalui insang.

Menurut Kinne dalam Holiday (1969), salinitas berpengaruh pada pemanfaatan pakan dan pertumbuhan ikan. Sedangkan menurut Stickney (1979), pembelaajaan energi untuk osmoregulasi dapat ditekan apabila ikan dipelihara pada media yang isocmotik sehingga pemanfaatan pakan menjadi efisien serta pertumbuhan ikan tinggi.

 

2.3 Kualitas Air

Kualitas air menurut Effendi (2003) ialah sifat air dan kandungan makluk hidup, zat, energy, atau kompenen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa paremeter, yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut, dsb), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, Kadar, logam, dsb), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dsb).

 

2.3.1 Parameter Fisika

Parameter fisika yang diamati pada penelitian ini adalah suhu. Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan Taut (altitude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air (Effendi, 2003). Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu yang disukai bagi pertumbuhannya.

Peningkatan suhu perairan dapat mengakibatkan penurunan kelarutan gas dalam air, misalnya O2, CO2, N2, CH4 dan sebagainya (Haslam, 1995). Selain itu peningkatan suhu juga menyebabkan peningkatan kecepatan metabolism dan respirasi organism akuatik, dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen.

 

2.3.2 Parameter Kimia

2.3.2.1 Nilai pH

Parameter kimia yang diamati pada penelitian ini di antaranya adalah nilai pH, oksigen terlarut, amonia, dan nitrit. Nilai pH menurut Tebbut, (1992) dalam Damayanti (2003) hanya menggambarkan konsentrasi ion hydrogen dalam suatu perairan, sedangkan asiditas menurut APHA (1976) menggambarkan kapasitas kuantitatif air untuk menetralkan basa hingga pH tertentu, yang dikenal dengan sebutan base-neutralizing capacity (BNC). Menurut Bhattacharya (1992). Nilai pH merupakan ukuran darn tingkat keasaman dan basa dengan Skala pengukuran antara 0 — 14, dimana nilai pH < 7 disebut asam dan pH > 7 disebut basa.

Nilai pH juga berkaitan erat dengan karbodioksida (CO2) dan alkalinitas (Mackereth at al. 1989 dalam Damayanti, 2003). Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbodioksida bebas. Nilai pH juga mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Senyawa ammonium yang dapat terionisasi banyak ditemukan pada perairan yang memiliki pH rendah. Amonium tidak bersifat toksik, namun pada suasana pH yang tinggi, lebih banyak ditemukan ammonia yang tidak terionisasi dan bersifat toksik.


2.3.2.2 Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)

Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang terlarut di perairan alami tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfir (Effendi, 2003). Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude) serta semakin tinggi tekanan atmosfir, kadar oksigen terlarut semakin kecil (Jeffries dan Mills, 1996).

Menurut Boyd (1979), konsentrasi oksigen terlarut terbesar terjadi pada suhu 0°C dan menurun dengan meningkatnya temperatur. Sedangkan menurut Brown (1987), konsumsi oksigen akan meningkat sekitar 10 % setiap peningkatan suhu sebesar 1° C. Di perairan tawar, kadar oksigen terlarut berkisar antara 15 mg/liter pada suhu 0° C dan 8 mg/liter pada suhu 25° C (McNeely et al. 1979 dalam Damayanti, 2003), Sumber oksigen terlarut di perairan berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfir (sekitar 21 %) dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton Novotny dan Olem dalam Damayanti (2003).

Kelautan oksigen di air menurun dengan semakin meningkatnya salinitas, setiap peningkatan salinitas sebesar 9 mg/1 mengurangi kelarutan oksigen sebanyak 5% clan yang sehrusnya di air tawar (Boyd, 1979).

Kadar oksigen terlarut pengaruh terhadap kelangsungen hidup ikan. Pengaruh tersebut dijelaskan pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3.Kadar oksigen dan pengaruhnya terhadap kelangsungan hidup ikan

Kadar oksigen

terlarut (mg/liter)

Pengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan

< 0,3

Hanya sedikit jenis ikan yang dapat bertahan pada masa pemaparan singkat (short exposure)

0,3 – 1,0

Pemaparan lama (prolonged esposure) dapat mengakibatkan kematian ikan

1,0 – 5,0

Ikan dapat bertahan hidup, tetapi pertumbuhannya terganggu

>5,0

Hampir semua organisme akuatik menyukai kondisi ini

Sumber : Modifikasi Swingle (1988) dalam Effendi (2003)

 

 

2.3.2.3 Amonia (NH3)

Di perairan, nitrogen berupa nitrogen anorganik dan nitrogen organik. Nitrogen anorganik terdiri atas amonium (NH4), nitrit (NO2), dan nitrat (NO3). Nitrogen organik berupa protein, asam amino dan urea. Amonia (NH3) dan garam­garamnya bersifat mullah larut dalam air. Sumber amonia di perairan adalah pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air, yang berasal dan dekomoosisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) oleh mikroba dan jamur (Effendi, 2003).

Dua produk utama hasil metabolism adalah CO2 dan NH3, dimana produksi amonia berjumlah sekitar 1/10 dari jumlah produksi Karbondioksida. Amonia diekskresikan oleh banyak organisme akuatik dan terus diproduksi sebagai hasil dan dekomposisi ekskresi dari organisme hidup dan atau dekomposisi dari organisme mati, biasanva hasil akhir di alam berupa amonium bikarbonat (Wright dan Anderson, 2001 dalam Damayanti, 2003). Di perairan, terdapat NH3 dan NH4+ dengan reaksi keseimbangannya dapat ditulis sebagai berikut :

NH3 + H2O                             NH4+ + OH

Perseniase arnonia bebas rneningkat dengan meningkatnya nilai pH dan suhu perairan. Amonia bebas (NH3) yang tidak terionisasi (unionized) bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Amonia lebih toksik saat kandungan oksigen terlarut turun (Boyd, 1982). Konsentrasi sublethal dan NH3 menyebabkan perubahan patologi pada organ dan membran ikan (Smith dan Piper, 1975 dalam Boyd, 1982).

Selain terdapat dalam bentuk gas, amonia membentuk kompleks dengan beberapa ion logam. Amonia juga dapat terserap ke dalam bahan-bahan tersuspensi dan koloid sehingga mengendap di dasar perairan. Amonia di perairan dapat menghilang melalui proses volatilisasi Karena tekanan parsial amania dalam larutan meningkat dengan semakin meningkatnya pH. Hilangnya amonia ke efinosfir juga dapat meningkat dengan meningkatnya kecepatan angin dan suhu.

 

2.3.2.4 Nitrit (NO2)

Nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amonia dan nitrat (nitrifikasi), dan antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi). Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Kadar nitrit pada perairan relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat. Kadar nitrit yang lebih dan 0,05 mg/liter dapat bersifat toksik bagi organisme perairan yang sangat sensitif (Moore, 1991 dalam Damayanti, 2003).

Saat NO2 terabsorbsi oleh ikan, NO2 bereaksi dengan haemoglobin untuk mambantuk methemoglobin. Karena methemoglobin tidak efektif sebagai pembawa oksigen, absorpsi yang terus menerus terhadap NO2 dapat menyebabkan hypoxia dan cyanosis. Darah yang mangandung methemoglobin berwarna coklat, jadi keracunan NO2 pada ikan biasa disebut dengan “brown Good disease” (Boyd, 1982).

 

2.4 Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup sebagai salah satu parameter uji kualitas benih menurut Effendie (1979) adalah peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu, sedangkan mortalitas adalah kematian yang terjadi pada suatu populasi organisme yang dapat menyebabkan turunnya populasi (Royce, 1973 dalam Damayanti, 2003). Kelangsungan hidup akan sangat menentukan produksi yang akan diperoleh dan erat kaitannya dengan ukuran yang dipelihara.

Mortalitas yang terjadi dapat digunakan sebagai parameter bagi kelangsungan hidup suatu organisme dalam hubungannya dengan ketahanan terhadap lingkungan, parasit dan penyakit.(Nikolsky, 1969 dan Royce, 1973 dalam Damayanti, 2003) menyatakan bahwa mortalitas dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar.

Faktor luar meliputi kondisi abiotik, kompetisi antar spesies, tingginya jumlah populasi dalam ruang gerak yarg sama, kurangnya makanan yang tersedia akibat adanya penanganan yang kurang baik. Sedangkan faktor dalam dipengaruhi oleh umur dan daya penyesuaian diri terhadap lingkungan.


Kelangsungan hidup ikan air tawar di dalam lingkungan berkadar garam bergantung pada jaringan insang, laju konsumsi oksigen, daya tahan (toleransi) jaringan terhadap garam-garam dan kontrol permeabilitas, (Black, 1957).

 

2.5 Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran baik bobot maupun panjang dalam waktu tertentu (Effendie, 1979). Sedangkan menurut Rousefell dan Evenheart, (1953) dan Watherlay, (1972) dalam Damayanti, (2003), pertumbuhan adalah pertambahan ukuran baik (panjang, berat maupun volume sehubungan dengan perubahan waktu.

Laju pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh banyak faktor, menurut Hepher dan Pruginin (1981) menyatakan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu:

  1. Hubungan dengan keadaan ikan seperti genetik dan keadaan fisiologi (kesehatan dan kematangan gonad)
  2. Lingkungan tempat hidup ikan seperti sifat kimia air, kimia tanah, suhu air, sisa metabolism, ketersediaan oksigen dan pakan.

 

National Research Council, (1977) dalam Arie, (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan akan terjadi jika jumlah pakan yang dikonsumsi ikan lebih besar dan pada yang dibutuhkan ikan untuk pemeliharaan tubuh. Menurut Supriatna, (1998) dalam Arie, (2005), ikan bawal air tawar memiliki laju pertumbuhan harian yang tinggi yaitu 5,7% pada bobot awal 5,5 gram.


BAB III
BAHAN DAN METODE

 

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 09 Maret 2012 sampai dengan 06 April 2012 selama 30 hari bertempat di Laboratorium Perikanan Departemen Agribisnis Perikanan Vedca PPPPTK Pertanian Cianjur.

 

3.2 Persiapan Alat Dan Bahan Penelitian

3.2.1 Metode Penelitian

  • 5 buah Aquarium yang disekat dengan kaca sekat yang menggunakan lem perekat sehingga menjadi 3aquarium yang dipasang aerasi, seser halus, baskom, dan selang sipon.
  • 1alat ukur panjang dan berat ikan uji, yaitu timbangan digital dan penggaris.
  • 1alat ukur kualitas air. yaitu; termometer untuk mengukur suhu, DO meter untuk mengukur jumlah kandungan oksigen terlarut, pH meter untuk mengukur tingkat keasaman, Refraktometer untuk mengukur jumlah kandungan kadar garam atau mengukur tingkat salinitas pada air uji, dan kertas lakmut yang berguna untuk mengukur kadar nitrit pada air uji.
  • Kamera digital untuk alat dokumentasi.
  • Alat ukur amoniak merk Hanna.

 

3.2.2 Bahan Penelitian

  • Pakan pellet apung dan 350 ekor benih ikan bawal berukuran 5,04 ± 0,18 cm untuk pemeliharaan selama 30 hari
  • Air laut dan air tawar yang diencerkan untuk memperoleh salinitas air yang diinginkan.

 

 

 

 

3.3 Metode Penelitian dan Pelaksanaan Penelitian

3.3.1 Persiapan Wadah Dan Pembuatan Media Bersalinitas

Wadah yang digunakan pada penelitian ini adalah akuarium berukuran 26 cm x 40 cm x 40 cm dengan jumlah 15 buah yang masing – masing diisi air hingga memiliki volume 20 liter. Sebelum digunakan, seluruh wadah serta perlengkapan yang digunakan dibersihkan terlebih dahulu dan didesinfeksi menggunakan chlorine dengan cara perendaman 24 jam seteleh itu dibilas air bersih dan dikeringkan. Wadah yang telah kering kemudian diisi air dengan volume 20 liter dan dipasang instalasi aerasi. Air yang digunakan sebagai media pemeliharaan, berasal dari tendon. Sebelum air digunakan terlebih dahulu dilakukan pengendapan selama 2 – 3 hari. Kemudian dilakukan pengenceran air laut sesuai dengan perlakuan yang diinginkan. Air laut yang digunakan memiliki salinitas 35 ppt.

Untuk menampung air yang akan digunakan pada saat pergantian air digunakan tandon dengan ukuran 100 cm x 49 cm x 50 cm sebanyak 5 buah sesuai dengan perlakuan. Tandon dilengkapi dengan instalasi aerasi yang cukup untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut.

Air yang digunakan untuk membuat media salinitas diperoleh dari daerah Palabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi dengan salinitas ± 30 ppt. Untuk memperoleh media air yang bersalinitas menurut kebutuhan pada setiap perlakuan diperlukan mengggunakan rumus perhitungan pencampuran air laut dengan air tawar yaitu sebagai berikut :

V1 x N1 = V2 x N2

 

Keterangan:

V1 = Volume air laut ( Liter )

N1 = Salinitas air laut mula-mula (ppt)

V2 = Volume air payau setelah pengenceran ( Liter )

N2 = Salinitas air payau setelah pengenceran (ppt)

 

3.3.2 Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan lima perlakuan dan yang terdiri atas tiga ulangan. Perlakuan yang dilakukan adalah salinitas 0 ppt, 2 ppt, 4 ppt, 6 ppt, 8 ppt. Salinitas yang digunakan didasarkan pada penelitian sebelumnya oleh Damayanti (2003) pada jenis ikan yang berbeda yaitu benih ikan gurame dengan salinitas yang optimum 8 ppt untuk sintasan dan pertumbuhan.

Gambar 1. Desain Perlakuan Penelitia

Al D2 B3 A3 CI

 

B2 C3 E1 D1 D3

 

E2 A2 B1 E3 C2

Keterangan :

  1. Aquarium untuk pemeliharaan benih ikan bawal air tawar yang dipelihara pada salinitas 0 ppt sebagai kontrol
  2. Aquarium untuk pemeliharaan benih ikan bawal air tawar yang dipelihara pada salinitas 2 ppt.
  3. Aquarium untuk pemeliharaan benih ikan bawal air tawar yang dipelihara pada salinitas 4 ppt.
  4. Aquarium untuk pemeliharaan benih ikan bawal air tawar yang dipelihara pada salinitas 6 ppt.
  5. Aquarium untuk pemeliharaan benih ikan bawal air tawar yang dipelihara pada salinitas 8 ppt.


3.3.3 Penebaran Benih

 

Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan bawal air tawar Colossoma macroponum dengan jumlah 20 ekor/akuarium atau 1 ekor/liter berukuran panjang awal 5,04 ± 0,18 cm dan berat awal 2,50 ± 0,89 gram dengan umur ± 3 bulan. Benih ikan bawal air tawar diperoleh dan petani pengumpul di daerah Maleber Kabupaten Cianjur. Aklimatisasi dari adaptasi terhadap lingkungan pemeliharaan dan pakan dilakukan selama 1 hari setiap perlakuan dengan cara menempatkan benih ikan uji pada media salinitas 0 ppt pada hari pertama, kemudian benih ikan uji dipindahkan secara pelan – pelan kedalam media salinitas 2 ppt pada hari kedua, perlakuan aklimatisasi ini dilanjutkan sampai ikan berada pada media salinitas yang akan diujikan pada benih ikan uji, dan kisaran suhu 25 – 27°C bersamaan dengan itu ikan uji diberikan pakan pellet supaya dapat menyesuaikan dengan pakan yang akan diberikan. akan tetapi selama ikan berada pada salinitas 0 ppt dan 2 ppt, benih dipuasakan supaya tidak mengalami stress. Setelah aklimatisasi, benih disortasi sesuai dengan kebutuhan penelitian, kemudian dimasukan ke dalam wadah pemeliharaan dengan salinitas sesuai dengan perlakuan.

3.3.4 Pemberian Pakan

Selama penelitian, ikan uji diberi pakan berupa pellet apung dengan komposisi 30 % protein. Pakan diberikan dengan metode Restricted Ratio, yakni pemberian pakan dengan menggunakan takaran yang dibatasi (Goddard, 1996). Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 5 % dari bobot tubuh ikan. Bobot pakan setiap minggunya mengalami perubahan, disesuaikan dengan perhitungan bobot ikan mingguan. Frekuensi pemberian pakan tiga kali sehari yaitu pada pukul 08.30,13.00 dan 17.00 WIB. Komposisi nutrisi pakan untuk ikan bawal air tawar pada umumnya sama dengan ikan nila seperti yang disebutkan pada Tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4. komposisi kandungan nutrisi pakan ikan merk Catfish Starter

Nutrisi

Komposisi

Protein kasar

30 %

Karbohidrat

32%

Lemak Kasar Minimum

2%

Serat Kasar Maksimum

3%

Abu Kasar Maksimum

13%

Kadar Air Maksimum

12%

Sumber : Arie, (2005)

 

3.3.5 Pergantian Air dan Pengontrolan Kualitas Air

Pergantian air dilakukan dengan melihat air yang sudah kotor pada akuarium, jika sudah terlihat kotor maka perlu dilakukan penggantian air pada akuarium. Penggantian air dilakukan pada pagi hari dengan total persentase pergantian air sebanyak 30 %. Pengontrolan kualitas air dilakukan dengan menyiphon kotoran yang ada di dasar akuarium dan membuang air sebanyak 30 % dari volume total yaitu 6 liter. Kemudian dilakukan pengisian kembali air yang terbuang dengan air yang berasal dari tandon yang memiliki salinitas yang sama dengn meadia perlakuan.

 

3.4 Pengamatan Parameter Biologi Ikan

Pengamatan dilakukan setiap seminggu sekali dengan mengambil satu persatu ikan uji untuk dilakukan pengamatan pada seluruh ikan yang dipelihara yaitu dengan jumlah 20 ekor / akuarium. Pengambilan ikan uji menggunakan serok halos dan disimpan dalam baskom yang berisi air dengan salinitas sama dengan perlakuan dan diaerasi.

3.4.1 Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup dihitung dari perbandingan jumlah ikan yang hidup pada akhir dan awal penelitian. Pengamatan terhadap ikan yang mati dilakukan setiap hari dan dicatat jumlah bobotnya. Persamaan yang digunakan untuk menghitung tingkat kelangsungan hidup adalah :

 

 

 

 

Keterangan :SR = Kelangsungan hidup (Survival Rate) (%)

Nt = Jumlah benih yang hidup di akhir penelitian (ekor)

No = Jumlah benih yang hidup di awal penelitian (ekor)

 

3.4.2 Laju Pertumbuhan Harian

 

Parameter pertambahan bobot diukur dengan menimbang sampel dari setiap perlakuan menggunakan timbangan digital 200 gram. Laju pertumbuhan individu dihitung berdasarkan rumus:

 

 

Keterangan :    a = laju pertumbuhan bobot individu (%)

Wt =bobot ikan pada hari ke — t (gram)

Wo = bobot ikan pada hari ke-0 (gram)

t = interval pengambilan sampel ikan (hari)

 

3.4.3 Pertumbuhan Panjang Mutlak

 

Parameter pertambahan panjang yang diukur dalam penelitian ini adalah panjang total yaitu jarak antara ujung kepala terdepan dengan ujung sirip ekor yang paling belakang (Effendi 1979). Pengukuran panjang total dilakukan dengan menggunakan jangka sorong dengan tingkat ketelitian 0,1mm. Sedangkan pertumbuhan panjang mutlak dihitung dengan rumus :

 

 

Keterangan : Pm = pertumbuhan panjang mutlak (cm)

Pt = panjang rata — rata individu pada hari ke — t (cm)

Po = panjang rata — rata individu pada hari ke — 0 (cm)

 

 

3.5 Pengamatan Parameter Fisika Dan Kimia Air

Untuk mengetahui kualitas air media pemeliharaan selama penelitian maka dilakukan pengukuran kualitas air. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap 1 minggu sekali menggunakan alat tertentu seperti tercantum dalam tabel berikut ini:

                Tabel 5. Metode Pengukuran Kualitas Air

No

Parameter

Alat

Metode Pengukuran

1

Suhu

Thermometer

Insitu

2

Oksigen Terlarut

DO-meter

Insitu

3

pH

pH meter

Insitu

4

Ammonia

Hanna

Metode Insitu

5

Nitrit

Kertas lakmus

Metode Test keet

 

3.6 Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan berbeda dan masing -masing dilakukan dalam tiga kali ulangan.Untuk mengetahui nilai hasil pengamatan serta pengaruh perbedaan perlakuan digunakan perhitungan sidik ragam dan uji F.

 

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

 

4.1 Hasil

4.1.1 Tingkat kelangsungan hidup

Tingkat kelangsungan hidup benih ikan bawal air tawar selama masa pemeliharaan didapat dari mencatat jumlah ikan yang mati setiap hasilnya seperti tertera pada Lampiran 2, hasil pengamatan terhadap kelangsungan hidup benih ikan bawal air tawar selama penelitian yang menggunakan air bersalinitas.

Kelangsungan Hidup (%)

 

 

 

 

 

 

 

Salinitas

Gambar 2. Histogram Tingkat Kelangsungan Hidup (%) Benih Ikan Bawal Air Tawar Selama Pemeliharaan

Tingkat kelangsungan hidupuntuk semua perlakuan berkisar antara 73,3% hingga 100%. Dari Gambar2 dapat dilihat bahwa perlakuan salinitas 6 ppt memberikan hasil tingkat kelangsungan hidup yang paling baik yaitu 100%. Selanjutnya tingkat kelangsungan hidup secara berurutan adalah perlakuan salinitas 0 ppt , 4ppt, 2ppt, 8 ppt. Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan perhitungan hasil penelitian seperti tertera pada tabel berikut :

 

Tabel 6. Tabel Sidik Ragam Tingkat Kelangsungan Hidup (%) Benih Ikan Bawal    Air Tawar Bawal Air Tawar Selama Masa Pemeliharaan

Sumber Keragaman

DB

JK

KT

F Hitung

F Tabel

Perlakuan

Galat

4

10

4,925774

35,4945

2,462887

2,957875

0,832654*

3,48

Total

14

1,247

5,420762

Keterangan : * F Hitung < F Tabel = tidak berbeda nyata sehingga tidak dapat dilakukan uji lanjut dengan Duncan.

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa F Hitung lebih kecil dari F tabel, maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan tidak berbeda nyata dan tidak dapat dilanjutkan dengan uji BNJ atau uji lanjut Duncan untuk mengetahui perlakuan mana yang paling berbeda.

 

4.1.2 Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian didapatkan dari data bobot benih ikan bawal air tawar pada saat Pengukuran panjang benih setiap minggu selama masa pemeliharaan yang tertera pada Lampiran 3. Laju pertumbuhan spesifik selama pemeliharaan pada setiap perlakuuan dapat dilihat pada Gambar 3.

Laju Pertumbuhan Harian (%)

 

 

 

 

 

 

 

 

Salinitas

Gambar 3. Histogram Laju Pertumbuhan Selama Pemeliharaan benih ikan Bawal Air Tawar

 

Laju pertumbuhan spesifik rata-rata untuk semua pertumbuhan berkisar antara 3,02% hingga 3,53%. Nilai laju pertumbuhan spesifik pada semua perlakuan selama masa pemeliharaan selalu mengalami peningkatan setiap minggunya. Pada akhir masa pemeliharaan laju pertumbuhan spesifik tertinggi didapat dari perlakuan salinitas 6 ppt. Dilanjutkan dengan perlakuan salinitas 4 ppt, 0 ppt, 2 ppt, dan 8ppt.

Tabel 7. Tabel Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Harian (%) Benih Ikan Bawal Air Tawar

Sumber Keragaman

DB

JK

KT

F Hitung

F  Tabel

Perlakuan

Galat

4

10

0,2273

0,03667

0,011365

0,00305583

3,179*

3,48

Total

14

0, 26397

0, 01442083

Keterangan : *F Hitung < F Tabel= tidak berbeda nyata sehingga tidak dapat dilakukan uji lanjut dengan Duncan.

 

Dari tabel 7 sidik ragam didapatkan bahwa nilai F Hitung lebih kecil dari F Tabel, maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan tidak berbeda nyata sehingga tidak dapat diuji lanjut menggunakan metode beda nyata jujur atau metode Duncan.

 

4.1.3 Pertumbuhan Panjang Mutlak

Pertumbuhan panjang mutlak didapatkan dari hasil pengukuran panjang total tubuh yang dilakukan setiap satu minggu sekali selama masa pemeliharaan yang tertera pada Lampiran 4. Pertumbuhan panjang mutlak selama pemeliharaan pada setiap perlakuan dapat diilahat pada Gambar 4.

 

 

Panjang Mutlak (cm)

 

 

 

 

 

 

 

Salinitas

Gambar 4. Histogram Panjang Mutlak Selama Pemeliharaan Benih Ikan Bawal Air Tawar

Pertumbuhan rata-rata panjang mutlak untuk semua perlakuan selama masa pemeliharaan berkisar antara 1,43 cm hingga 2,20 cm. perlakuan E yaitu 8 ppt memiliki nilai pertumbuhan panjang mutlak terendah pada akhir masa pemeliharaan. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan panjang mutlak tertinggi didapat pada perlakuan salinitas 4 ppt dilanjutkan oleh perlakuan salinita 6 ppt, 0 ppt, dan 2 ppt. nilai pertumbuhan terendah didapat pada perlakuan 8 ppt. selama pengamatan penelitian didapat data yang kemudian diolah kembali menggunakan cara perhitungan Arc-sin yang kemudian diolah kembali menggunakan cara perhitunagan Transformasi yang tertera pada Lampiran 4.

Tabel 8. Tabel Sidik Raeam Pertumbuhan Paniani Mutlak (cm)

Sumber Keragaman

DB

JK

KT

F Hitung

F Tabel

Perlakuan

Galat

4

10

0,248574

0,7756

0,124287

0,06463

1,92305*

3,48

Total

14

1,024174

0,188917

Keterangan : * F Hitung < F Tabel = tidak berbeda nyata sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut.

 

Dari tabel 8 sidik ragam dapat dilihat bahwa nilai F Hitung lebih kecil dari nilai F Tabel, maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan salinitas tidak berada nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlkak sehinnga tidak dapat dilakukan uji lanjut menggunakan metode Duncan.

 

4.1.5 Fisika Kimia Air

Kualitas air merupakan faktor fisika kimia yang dapat mempengaruhi lingkungan media pemeliharaan dan secara tidak langsung akan mempengaruhi proses metabolisme benih ikan bawal air tawar. Data mengenai kualitas air selama penelitian tercantum pada Tabel 9.

Tabel 9. Fisika Kimia Air Media Pemeliharaan Benih Ikan Bawal Air Tawar Selama Masa Pemeliharaan

Parameter

Salinitas (ppt)

0

2

4

6

8

pH

7,20 – 7,68

6,21 – 7,40

6,78 – 7,50

7,39 – 7,83

7,28 – 7,76

Suhu (oC)

27,42 – 29,27

27,33 – 28,58

26,55 – 28,99

27,47 – 29,03

26,22 – 28,66

Do (mg/l)

05,26 – 07,40

04,40 – 07,80

03,33 – 06,93

04,08 – 07,20

03,50 – 07,30

Amonia (mg/l)

0,00 – 1,86

0,00 – 1,73

0,00 – 1,46

0,00 – 1,46

0,00 – 1,93

Nitrit (mg/l)

0,00 – 0,06

0,00 – 0,10

0,00 – 0,10

0,00 – 0,10

0,00 – 0,10

 

4.2 Pembahasan

Dari Gambar 2 terlihat bahwa selama penelitian tingkat kelangsungan hidup menurun secara bertahap. Tingkat kelangsungan hidup akhir dari benih ikan bawal air tawar yaitu 95,8 %, 8,66 %, 88,3 %,100 %, dan 73,3 % untuk perlakuan A (0 ppt), B (2 ppt), C (4 ppt), D (6 ppt), dan E (8 ppt). Pada minggu ke – 3 terjadi penurunan tingkat kelangsungan hidup. Kematian ikan pada perlakuan E disebabkan oleh tinnginya kadar amoniak dan nitrit yang mengakibatkan berkurangnya tingkat kandungan oksigen dalam air sehinggadapat menyebabkan sitem pernafasan benih ikan terganggu. Menurut (Zonneveld, 1991 dalam Pranajaya, 2006) amoniak merupakan hasil akhir metabolisme protein dan dalam bentuk yang tidak terionisasi (NH3) merupakan racun bagi ikansekalipun pada konsentrasi yang sangat rendah.

Tingkat kelangsungan hidup pada perlakuan D menunjukkan nilai 100%,  hal ini seiring dengan laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan perlakuan D adalah 3,53 %. Sedangkan laju pertumbuhan perlakuan lain yaitu 3,52 %, 3,34 %, 3,16 %, dan 3,02 %. Laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup yang tertinggi pada perlakuan D menunjukan bahwa pada salinitas 6 ppt kondisi osmotik internal tubuh ikan diduga isotonik dengan kondisi osmotic lingkungan (eksternal) sehingga energi ikan dapat dipakai lebih banyak untuk pertumbuhan dibandingkan osmoregulasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jebling 1994 dalam Damayanti, 2003 bahwa pembelanjaan energi untuk osmoregulasi dapat ditekan apabila ikan dipelihara pada media yang isotonik, shingga pemanfaatan pakan menjadi efisien serta pertumbuhan ikan dapat tinggi.

Dari hasil analisis ragam tingkat kelangsungan hidup benih ikan bawal air tawar menunjukan bahwa perlakuan salinitas tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Dari hasil perhitungan menggunakan cara transformasi data Arc-sin, pada tingkat kelangsungan hidup temyata pada setiap perlakuan memberikan hasil yang tidak berbeda nyata.

Pada laju pertumbuhan harian benih ikan bawal air tawar analisis ragam menunjukan bahwa pada setiap perlakuan salinitas memberikan pengaruh yang tidaksignifikan. Dan hasil perhitungan sidik ragam pada setiap perlakuan tidak memberikan pengaruh berbeda nyata.

Hasil pengolahan data pertumbuhan panjang mutlak juga menunjukan bahwa perlakuan C (4 ppt) memiliki pertumbuhan panjang mutlak dengan nilai 2,2 cm selama masa pemeliharaan yaitu 30 hari, sedangkan untuk perlakuan lainnya yaitu 1,93 cm, 1,8 cm, 2,03 cm, dan 1,43 cm berurutan dan perlakuan A,B,C,D, dan E. Hal ini menunjukan bahwalaju pertumbuhan harian berjalantidak seiringan dengan pertumbuhan panjang mutlak. Dilihat dari gambar histogram menunjukan perlakuan C tidak mengalamiperbedaan dengan perlakuan yang lainya, artinya bahwa pada perlakuan C atau 4 ppt tidak berbea nyata dengan perlakuan lainnya. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang baik pada salinitas 6 ppt disebabkan oleh konsentrasi cairan tubuh ikan yang diduga isotonic dengan konsentrasi cairan lingkungan sehigga ikan dapat lebih mudah beradaptasi dengan lingkungannya serta energi dari pemanfaatan pakan dapat digunakan untuk pertumbuhan. Selain itu juga dengan adanya kandungan garam dalam media pemeliharaan dapat membunuh jamur serta parasit yang dapat menginfeksi benih ikan bawal air tawar (Holiday, 1969).

Secara umum kualitas air selama masa pemeliharaan mengalami fluktuasi yang cukup tinggi terutama pada kandungan oksigen terlarut, dan ammonia. Kualitas fisika kimia air ini nantinya akan mempengaruhi kelangsungan hidup, dan pertumbuhan. Fluktuasi kualitas fisika kimia air yang terlalu sering akan menyebabkan stress pada ikan yang selanjutnya akan menyebabkan kematian jika ikan tidak bisa beradaptasi secara cepat. Oleh karena itu, air yang digunakan selama masa pemeliharaan harus dipertahankan ditampung di tandon dan diberi aerasi agar kualitas air sama dengan media pemeliharaan.

Suhu selama masa pemeliharaan berkisar antara 26,22 – 29,37 °C. Kisaran suhu ini termasuk rendah dan masih dalam batas optimum untuk pemeliharaan benih ikan bawal air tawar. Suhu yang rendah dapat menyebabkan laju metabolisme turun tetapi dalam penelitian ini media pemeliharaan mengandung kadar garam yang pada kondisi isotonik dapat meningkatkan pertumbuhan karena energi pakantidak digunakan untuk osmoregulasi. Nilai pH selama masa pemeliharaan berkisar antara 6,21 – 7,83. Sedangkan kisaran nilai pH yang baik untukpertumbuhan benih ikan bawal air tawar menurut Arie (2005) adalah 7 – 8 penurunan nilai pH terjadi pada akhir masa pemeliharaan. Hal ini disebabkan oleh akumulasi bahan organik dan feses ikan yang pada akhimya berpengaruh pada nilai alkalinitas yang semakin rendah. Menurut Effendi (2003).

Kandungan oksigen terlarut selama masa pemeliharaan berkisar antara 3,33 – 7,80 mg/l. Sedangkan kandungn oksigen terlarut menurun terjadi pada pertengahan masa pemeliharaan. Benih ikan bawal air tawar dapat mentolerir kandungan oksigen terlarut hanya sampai 4 mg/1 menurut Arie (2005) tetapi pada penelitian ini oksigen terlarut sampai di bawah 4 mg/l. Hal ini menunjukan bahwa benih ikan bawal air tawar masih dapat mentolerir kandungan oksigen terlarut sampai dibawah 4 mg/l. kandungan oksigen yang semakin menurun ini diakibatkan oleh semakin besarnya benih ikan yang dipelihara sehingga kebutuhan oksigennya semakin tinggi, sedangkan kualitas airnya semakin menurun walaupun dilakukan pergantian air setiap 3 hari sekali. Kandungan oksigen yang rendah juga dapat menyebabkan kematian pada ikan karena pada kandungan oksigen rendah maka daya toksik ammonia semakin tinggi.

Sedangkan untuk kandungan ammonia dan nitrit yang diperoleh berturut -turut adalah 0,00 – 1,93 mg/1 dan 0,0 – 0,10 mg/l. Menurut Effendi (2003), kandungan ammonia yang masih dapat ditolerir oleh organisme akuatik adalah tidak lebih dari 0,1 mg/1. Kandungan ammonia yang tinggi dapat menyebabkan kematian pada ikan. Pada penelitian ini kandungan amonia sangat tinggi sehingga sangat mengganggu kehidupan ikan. Kandungan amonia tertinggi terdapat pada perlakuan 8 ppt di minggu ke 3. Hal ini disebabkan oleh banyaknya buangan metabolisme ikan di dalam media pemeliharaan yang sudah semakin besar sehingga sisa metabolisme semakin banyak sebagai akibat dari asupan pakan yang lebih banyak. Kandungan nitrit pada penelitian ini juga relatif tinggi dengan kandungan nitrit tertinggi terdapat pada perlakuan salinitas 2 ppt. Menurut Moore 1991 dalam Effendi (2003), kadar nitrit yang lebih dari 0,05 mg/1 dapat bersifat toksik bagi organisme perairan yang sangat sensitif. Toksisitas nitrit terhadap ikan adalah karena nitrit yang terserap oleh darah ikan akan bereaksi dengan hemoglobin darah dan membentuk methemoglobin yang tidak bisa berikatan dengan oksigen. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus maka ikan akan mati karena kekurangan oksigen di dalam tubuh. Hal yang dapat dilakukan agar kualitas air tetap terjaga adalah dengan melakukan pergantian air secara rutin agar perubahan nilai fisika air tidak terjadi secara drastis.

 

BAB V
KESIMPULAN

 

5.1 Kesimpulan

Berdasarkanpenelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa benih ikan bawal air tawar dapat bertahan hidup dengan laju pertumbuhan yang baik sampai pada tingkat salinitas 8 ppt  karena semua perlakuan menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata.

 

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan disarankanpenggunaan tingkat salinitas untuk pemeliharaan benih ikan bawal air tawar dapat dilakukan sampai dengan 8 ppt karena setiap perlakuan hasilnya tidak berbeda nyata.

 

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

American Public Health Association (APHA). 1976. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater, 4th. Edition, Washington DC

 

Arie, U. 2005. Budidaya Bawal Air Tawar (untuk Konsumsi dan Hias). Penebar Swadaya. Jakarta.

 

Bhattacharya, S.K. 1992. Urban Domestic Water Supply in Developing Countries. New Delhi, India.

 

Black, V. 1957. Excretion and Osmoregulation. In Brown, M.E (ed). The Physiology of Fishes, voll . Academic Press. New York.

 

Boyd, C.E. 1979. Water Quality in Warm Water Fish Ponds. Departemens of Fisheries and Allied Aquaculture, Auburn University, Albama.

 

Brown, A.L. 1987. Freshwater Ecology. Heinemam Educational Books, London.

 

Stickney, R. 1979. Principles Of Warm Water Aquaculture. John Wiley & Sons Inc.

 

Damayanti, L. 2003. Pengaruh Salinitas Air terhadap kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan benih Ikan Gurame (Osphronemus goramy Lac). Skripsi. FPIK. Bogor.

 

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius, Yogyakarta.

 

Effendie, M.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan. Dewi Sri. Bogor.

 

Goddard, S. 1996. Feed management in Intesive Aquaculture. Chapman and Hail, New York. 1949.

Haslam, S. M. 1995. River Pollution and Ecological Perspective. John Wiley and Sons, Chichester, UK.

 

Hepher, B & Y. Pruginin. 1981. Commercial Fish Farming : with Special Refference to Fish Culture in Israel. John Wisley & Sons, New York. : 88 –127

 

 

 

Holliday, F.C.T. 1969. The Effect of Salinity on the Eggs and Larvae of Teleosts. In Hoar, W.S and D.J. Randall (Eds). Fish Physiology, Vol. I. Academic Press, New York.

 

Jeffries, M and Mills, D. 1996. Freshwater Ecology, Principles and Aplication. John Wiley and Sons, Chichester, UK.

 

Kumlu, L.O.T. Eroldogan and M. Aktas. 2000. Aquaqulture volume 188. P : 167- 173.

 

National Research council. 1979. Principle Of Warm Water Aquaculture. Nation Academic Press Washington.

 

Pranajaya, A. 2006. Pengaruh Aerasi Dan Padat Penebaran Terhadap Produksi Ikan Mas ( Cyprinus Carpio L) Dalam Keramba Jaring Apung Di Waduk Cirata. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, UNPAD. (Tidak Dipublikasikan).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

GAMBAR PENELITIAN

 

                                    

           1.Pemberian Pakan                                         2. Alat pH Meter

                                                                

        3.Pengenceran Air                                 4. Pengontrolan Salinitas

 

                                       

         5. Pengukuranh DO air                         6. Timbangan Digital Basah

 

                                      

       7.Timbangan Digital Kering                     8. Alat pengukurAmoniak

 

 

 

LAMPIRAN

 

Lampiran 1. Konstruksi Penempatan Aquarium

A1

(o ppt)

D2

(6ppt)

B3

(2ppt)

A3

(0pt)

C1

(4 ppt)

 

B2

(2 ppt)

C3

(4ppt)

E1

(8ppt)

D1

(6ppt)

D3

(6 ppt)

E2

(8 ppt)

A2

(0 ppt)

B1

(2ppt)

E3

(8 ppt)

C2

(4 ppt)

 

 

 

 

Lampiran 2. Data Asli Sintasan Benih Ikan Bawal Air Tawar yang Dipeliharan Pada Air Bersalinitas

TGL

PERLAKUAN

A A A B B B C C C D D D E E E
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

2

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

3

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

4

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

5

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

6

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

7

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

8

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

9

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

10

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

11

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

12

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

13

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

14

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

15

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

16

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

17

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

18

0

0

0

0

0

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

19

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

20

0

0

0

1

3

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

21

0

0

0

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

22

0

0

0

1

0

0

0

6

0

0

0

0

0

0

0

23

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

24

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

25

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

26

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

9

27

3

0

0

0

0

0

0

1

0

0

0

0

0

0

5

28

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

2

0

29

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

30

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

Total

3

0

0

3

3

2

0

7

0

0

0

0

0

2

14

Mati

Total Hidup

17

20

20

17

17

18

20

13

20

20

20

20

20

18

6

 

Data Persentase  Rata – rata Kelangsungan Hidup Benih Ikan Bawal yang dipelihara

Perlakuan

Jumlah Benih

Kelangsungan Hidup %

Yang hidup pada hari ke –

Yang mati sampai akhir penelitian

1

30

A1

20

17

3

85

A2

20

20

0

100

A3

20

20

0

100

Rata – rata

20

19

3

95

B1

20

17

3

85

B2

20

17

3

85

B3

20

18

2

90

Rata – rata

20

17,3

8

60

C1

20

20

0

100

C2

20

13

7

65

C3

20

20

0

100

Rata – rata

20

17,6

7

88,3

D1

20

20

0

100

D2

20

20

0

100

D3

20

20

0

100

Rata – rata

20

60

0

100

E1

20

20

0

100

E2

20

18

2

90

E3

20

6

14

30

Rata – rata

20

44

16

73

 

 

Data Kelangsungan Hidup (%)

Perlakuan

Ulangan

Jumlah

Rata – rata

1

2

3

A

85

100

100

285

95

B

85

85

90

260

86,6

C

100

65

100

265

88,3

D

100

100

100

300

100

E

100

90

30

220

73,3

Total

1330

 

Data Transformasi √x

Perlakuan

Ulangan

Jumlah

Rata – rata

1

2

3

A

9,21

10

10

29,21

9,73

B

9,21

9,21

9,48

27,9

9,3

C

10

8,06

10

28,6

9,35

D

10

10

10

30

10

E

10

9,48

5,47

24,95

8,3

Total

140,12

 

Perhitungan :

  1. Faktor koreksi             =  =  = 1308,907626

  1. JK Total (JKT)            = (∑Yij)2 –FK

=

= 1349,3279 – 1308,907626 = 40,420274

  1. JK Perlakuan (JKP)     =  – FK

=

  1. JK Galat (JKG)           = JKT – JKP = 40,420274 – 4,925774 = 35,4945

  1. KT Perlakuan (KTP)   =  =  = 2,462887

 

  1. KT Galat (KTG)         =  =  = 2,957875

 

  1. F Hitung          =  =  = 0,832654

 

     Tabel Analisis Sidik Ragam Kelangsungan Hidup (%)

Sumber Keragaman

DB

JK

KT

F Hitung

F Tabel

Perlakuan Galat

4

10

4,925774

35,4945

2,462887

2,957875

0,832654 *

3,48

Total

14

1,247

5,420762

 

Keterangan :* F Hitung < F Tabel = tidak berbeda nyata sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut.

Lampiran 3 : Data Laju Pertumbuhan Harian Benih Ikan Bawal Air Tawar yang dipelihara pada air bersalinitas

Perlakuan

Ulangan

0

1

2

3

4

A1

2,70 3,80 5,08 3,61 7,35

A2

2,72 4,04 5,19 6,49 7,61

A3

2,81 4,01 5,17 6,36 7,46

Jumlah

8,23 11,85 24,17 16,46 22,42

Rata – rata

2,7 3,9 8,0 5,4 7,4

B1

2,55 4,01 3,98 5,69 6,53

B2

2,54 3,84 4,01 5,47 6,71

B3

2,56 3,73 3,91 5,21 6,55

Jumlah

7,67 11,58 11,90 16,37 19,79

Rata – rata

2,5 3,8 3,9 5,4 6,5

C1

2,55 3,72 4,91 6,08 7,29

C2

2,74 4 5,84 8,22 8,23

C3

2,64 4,2 5,06 6,61 7,33

Jumlah

7,93 11,92 15,81 20,91 22,85

Rata – rata

2,6 3,9 5,2 6,9 7,6

D1

2,73 4,09 4,99 6,35 7,68

D2

3,00 4,31 5,05 6,36 7,86

D3

2,71 3,96 5,02 6,27 7,68

Jumlah

8,44 12,35 15,06 18,98 23,40

Rata – rata

2,8 4,1 5,0 6,3 7,8

E1

3,05 3,92 4,92 5,92 6,94

E2

2,76 3,57 4,31 5,12 6,47

E3

2,84 3,84 4,17 8,40 8,08

Jumlah

8,65 11,33 13,40 19,44 21,49

Rata – rata

2,8 3,7 4,4 6,4 7,1

 

 

 

 

 

Data Laju Pertumbuhan Harian (%)

Perlakuan

Ulangan

Jumlah

Rata – rata

1

2

3

A

3,34

3,43

3,52

10,02

3,340

B

3,13

3,21

3,13

9,47

3,159

C

3,50

3,67

3,47

10,57

3,523

D

3,45

3,66

3,47

10,58

3,417

E

2,74

2,84

3,49

9,07

3,021

Total

16,16

16,81

17,08

40,71

 

 

Data Transformasi √x

Perlakuan

Ulangan

Jumlah

Rata – rata

1

2

3

A

1,82

1,85

1,80

5,48

1,82

B

1,77

1,79

1,77

5,33

1,77

C

1,87

1,91

1,84

5,62

1,87

D

1,84

1,91

1,86

5,61

1,87

E

1,65

1,85

1,87

5,37

1,87

Total

8,96

9,31

9,14

27,41

 

 

Perhitungan :

  1. Faktor Koreksi (FK)   =  =  = 50,0506
  2. JK Total (JKT)            = (∑Yij)2 –FK

=

= 50,11 – 50,0506 = 0,0594

  1. JK Perlakuan (JKP)     =  – FK

=

= 0,02273

  1. JK Galat (JKG)           = JKT – JKP = 0,0594 – 0,02273 = 0,3667

  1. KT Perlakuan (KTP)   =  =  = 0,011365

 

  1. KT Galat (KTG)         =  =  = 0,00305583

 

  1. F Hitung          =  =  = 3,719

 

Tabel Analisis Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Harian (%)

Sumber Keragaman

DB

JK

KT

F Hitung

F Tabel

Perlakuan Galat

4

10

0,2273

0,03667

0,011365

0,00305583

3,179 *

3,48

Total

14

0,26397

0,1442083

 

 

Keterangan :* F Hitung < F Tabel = tidak berbeda nyata sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut.


 

Lampiran 4. Tabel Panjang Mutlak Benih Ikan Bawal Air Tawar yang dipelihara pada Air Bersalinitas

Perlakuan

Waktu

0

1

2

3

4

A1

5,3 5,7 6,3 7 7,6

A2

5,3 5,4 5,8 6,3 6,8

A3

4,8 5,4 5,8 9,5 6,8

Jumlah

15,4 16,5 17,8 22,8 21,2

Rata – rata

5,13 5,5 5,93 7,6 7,06

B1

5 5,8 6 6,5 6,9

B2

5,1 5,8 5 5,9 6,8

B3

5,1 5,8 5,9 6,3 6,8

Jumlah

15,2 17,4 16,9 18,7 20,5

Rata – rata

5,06 5,8 5,63 6,23 6,83

C1

5 5,7 6,4 7,4 7,6

C2

4,9 5,6 6,3 7,1 7,1

C3

5 5,9 6,1 6,6 7,1

Jumlah

14,9 17,02 18,8 21,1 21,8

Rata – rata

4,96 5,73 6,26 7,03 7,26

D1

5,3 6 6,5 7 7,6

D2

5,4 6 6,6 7 7

D3

5,2 5,9 6,5 7 7,4

Jumlah

15,9 7,1 19,6 21,0 15,7

Rata – rata

5,3 2,36 6,53 7 5,23

E1

5,1 5,8 6,2 6,6 7,2

E2

5,2 5,8 5,9 6,7 7,2

E3

5,4 5,7 6 5,6 5,6

Jumlah

15,7 17,3 12,7 18,9 20,0

Rata – rata

5,23 5,76 4,23 6,3 6,66

 

Data Hasil PM = PT – P0

Perlakuan

Waktu

Panjang Mutlak

0

30

A1

5,3

7,6

2,3

A2

5,3

6,8

1,5

A3

4,8

6,8

2

Jumlah

15,4

21,2

5,8

Rata – rata

5,13

7,06

1,93

B1

5

6,9

1,9

B2

5,1

6,8

1,7

B3

5,1

6,8

1,8

Jumlah

15,2

20,5

5,4

Rata – rata

5,06

6,83

1,80

C1

5

7,6

2,7

C2

4,9

7,1

2,1

C3

5

7,1

1,8

Jumlah

14,9

21,8

6,6

Rata – rata

4,96

7,26

2,20

D1

5,3

7,6

2,3

D2

5,4

7

1,6

D3

5,2

7,4

2,2

Jumlah

15,9

15,7

6,1

Rata – rata

5,3

5,23

2,03

E1

5,1

7,2

2,1

E2

5,2

7,2

2

E3

5,4

5,6

0,2

Jumlah

15,7

20,0

4,3

Rata – rata

5,23

6,66

1,4

Data (%)

Perlakuan

Ulangan

Jumlah

Rata – rata

1

2

3

A

2,3

1,5

2

5,8

1,93

B

1,9

1,7

1,8

5,4

1,80

C

2,7

2,1

1,8

1,7

1,7

D

2,3

1,6

2,2

1,8

1,8

E

5,4

5,4

5,4

5,4

5,4

Total

1,80

1,80

1,80

1,80

1,80

Data Transformasi √x

Perlakuan

Ulangan

Jumlah

Rata – rata

1

2

3

A

1,52

1,22

1,41

4,15

1,38

B

1,38

1,30

1,34

4,02

1,34

C

1,64

1,45

1,34

4,43

1,48

D

1,52

1,26

1,48

4,26

1,42

E

1,45

1,41

0,45

3,31

1,10

Total

7,51

6,64

6,02

20,17

 

 

Perhitungan :

  1. Faktor Koreksi (FK)   =

=   = 27,121926

  1. JK Total (JKT)            = (∑Yij)2 –FK – (27,121926) = 28,1461 – 27,121926

  1. JK Perlakuan (JKP)     =   – FK

=

  1. JK Galat (JKG)           = JKT – JKP = 1,024174 – 0,248574 = 0,7756

  1. KT Perlakuan (KTP)   =  =  = 0,0124287

  1. KT Galat (KTG)         =  =  = 0,06463

  1. F Hitung          =  =  = 1,92305

Tabel Analisis Sidik Ragam Panjang Mutlak (%)

Sumber Keragaman

DB

JK

KT

F Hitung

F Tabel

Perlakuan Galat

4

10

0,248574

0,7756

0,124287

0,06463

1,92305 *

3,48

Total

14

1,024174

0,188917

 

 

Keterangan :* F Hitung < F Tabel = tidak berbeda nyata sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut.

 

Lampiran 5. Tabel Data Kualitas AirpH

Perlakuan

Waktu (Hari)

0

8

15

23

30

A

7,21

7,57

7,68

7,68

7,2

B

7,37

7,20

7,30

7,40

6,21

C

6,78

7,00

7,31

7,50

7,28

D

7,83

7,55

7,43

7,45

7,39

E

7,59

7,36

7,28

7,34

7,76

 

Suhu

Perlakuan

Waktu (Hari)

0

8

15

23

30

A

27,42

28,95

27,66

28,84

29,37

B

27,33

28,02

28,04

28,40

28,58

C

26,55

27,32

27,54

29,17

28,99

D

27,47

28,10

27,91

29,03

29,02

E

27,62

27,28

26,22

28,65

28,65

 

DO

Perlakuan

Waktu (Hari)

0

8

15

23

30

A

07,40

05,73

05,26

05,85

05,83

B

07,80

06,13

05,76

05,06

04,40

C

06,93

04,70

03,33

04,66

04,00

D

07,20

04,83

04,80

05,53

05,53

E

07,30

05,63

03,50

05,00

04,30

 

 

 

Amoniak

Perlakuan

Waktu (Hari)

0

8

15

23

30

A

0,0

1,06

1,86

1,40

1,83

B

0,0

1,53

1,46

1,70

1,73

C

0,0

1,13

1,46

1,43

1,30

D

0,0

1,30

1,03

1,46

1,40

E

0,0

1,76

1,90

1,93

1,40

 

Nitrit

Perlakuan

Waktu (Hari)

0

8

15

23

30

A

0,0

0,06

0,03

0,06

0,03

B

0,0

0,10

0,10

0,10

0,06

C

0,0

0,06

0,10

0,10

0,06

D

0,0

0,0

0,03

0,03

0,06

E

0,0

0,10

0,06

0,06

0,06

 

Tabel Data Rata – Rata Kualitas Air

Parameter

Salinitas (ppt)

0

2

4

6

8

pH 7,20-7,68 6,21-7,40 6,78-7,50 7,39-7,83 7,28-7,76
Suhu (oC) 27,42-29,27 27,33-28,58 26,55-28,99 27,47-29,03 26,22-28,66
Do (mg/l) 05,26-07,40 04,40-07-80 03,33-06,93 04,80-07,20 03,50-07,30
Amonia (mg/l) 0,00-1,86 0,00-1,73 0,00-1,46 0,00-1,46 0,00-1,93
Nitrit (mg/l) 0,00-0,06 0,00-0,10 0,00-0,l0 0,00-0,10 0,00-0,10

 

Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar